Analisis Lingkungan Perairan pada Kawasan Budidaya Kerang Darah (Anadara Granosa) di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau

Penulis

  • Subkhan Riza Bappedalitbang
  • Iskandar Putra Universitas Riau Pekanbaru
  • Irwan Effendi Universitas Riau Pekanbaru
  • Jusup Suprijanto Universitas Diponegoro Semarang
  • Ita Widowati Universitas Diponegoro Semarang

Kata Kunci:

kerang darah, kualitas lingkungan, logam berat, mikroplastik, kabupaten rokan hilir

Abstrak

Kabupaten Rokan Hilir merupakan daerah penghasil kerang darah (A. granosa) terbesar di Provinsi Riau dengan produksi sebesar 6.492,47 ton pada tahun 2018. Kegiatan budidaya kerang darah yang tinggi akan berpengaruh terhadap daya dukung perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi eksisting budidaya kerang darah dan menganalisis kualitas perairan pada kawasan budidaya kerang darah di Kabupaten Rokan Hilir. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey dan eksperimen. Produksi kerang darah di Kabupaten Rokan Hilir saat ini sebesar 6.492,47 ton atau 49,67% dari total 13.072,21 ton produksi perikanan budidaya. Parameter kualitas perairan di kawasan budidaya adalah ;  salinitas + 34 ppt, suhu 28,7 - 290C, pH sekitar 8, oksigen terlarut 4,4 – 6,1 mg/l dan alkalinitas 120 – 125 mg/l, berada pada kisaran standar baku mutu yang baik untuk mendukung kehidupan kerang darah. Sedangkan parameter kecerahan berkisar 50,0 – 55,0 cm, berada dibawah standar baku mutu yang dipersyaratkan yakni 60,0 cm. Perairan kawasan budidaya kaya akan plankton yakni Lokasi I : 30.959 ind/l, Lokasi II.A : 15,032 ind/l dan Lokasi II.B :5.011 ind/l sebagai makanan alami bagi pertumbuhan kerang darah. Sampel air menunjukkan hasil negatif terhadap kontaminasi bakteri E. coli, Coliform, dan Salmonella dengan kadar 0 ind/100l dan negatif. Demikian juga dengan kontaminasi pada sampel kerang menunjukkan nilai < 3 dan negatif sehingga aman untuk dikonsumsi. Kadar logam berat timbal (Pb), cadmium (Cd) dan merkuri (Hg) pada sampel air berkisar 0,036 – 0,082 mg/kg dan pada sampel kerang berkisar 0,074 – 0,163 mg/kg berada dibawah baku standar maksimum sehingga aman untuk dikonsumsi. Sampel sedimen dan air di perairan Panipahan diidentifikasikan mengandung mikroplastik berupa nilon, polyethylene dan polypropylene.

Referensi

Ahmad, T. (1991). Pengelolaan Peubah Mutu Air dalam Tambak Udang Intensif. Direktorat Jenderal Perikanan. Maros, 39.

Arthur, C., Baker, J. E., & Bamford, H. A. (2009). Proceedings of the International Research Workshop on the Occurrence, Effects, and Fate of Microplastic Marine Debris, September 9-11, 2008, University of Washington Tacoma, Tacoma, WA, USA. NOAA Technical Memorandum NOS-OR&R-30.

Balitbang [Badan Penelitian dan Pengembangan] Provinsi Riau. (2018). Studi Potensi Pengembangan Sektor Perikanan dalam Mendukung Percepatan Pembangunan Kawasan Pesisir Riau. Laporan Penelitian. Pekanbaru.

Balitbang [Badan Penelitian dan Pengembangan] Provinsi Riau. (2019). Teknologi pembenihan kerang darah (Anadara Granosa) di Kabupaten Rokan Hilir. Laporan Penelitian. Pekanbaru.

Boerger, C. M., Lattin, G. L., Moore, S. L., & Moore, C. J. (2010). Plastic Ingestion by Planktivorous Fishes in The North Pacific Central Gyre. Marine Pollution Bulletin, 60(12), 2275-2278.

Boyd, C. E. (1982). Water Quality Management for Pond Fish Culture. Amsterdam: Elsevier.

Carpenter, E. J., Anderson, S. J., Harvey, G. R., Miklas, H. P., & Peck, B. B. (1972). Polystyrene Spherules in Coastal Waters. Science, 178(4062), 749-750.

Herawati, D., & Soedaryo, S. (2017). Pengaruh Perendaman Kerang Darah (Anadara Granosa) dengan Perasan Jeruk Nipis terhadap Kadar Merkuri (Hg) dan Kadmium (Cd). Jurnal Sain Health, 1(1), 30-35.

Jung, M. R., et al. (2018). Validation of ATR FT-IR to Identify Polymers of Plastic Marine Debris, including Those Ingested by Marine Organisms. Marine Pollution Bulletin, 127, 704-716.

Kasry, A., Elfajri, N., & Agustina, R. (2012). Penuntun Praktikum Ekologi Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Lee, J., et al. (2015). Distribution and Size Relationships of Plastic Marine Debris on Beaches in South Korea. Archives of Environmental Contamination and Toxicology, 69, 288-298.

Mahary, A., Effendi, I., Hendrik, H., & Darwis, D. (2023). Strategy for Development of Blood Cockles (Anadara Granosa) Cultivation in Batubara Regency, North Sumatera, Indonesia. Aquaculture, Aquarium, Conservation & Legislation, 16(3), 1636-1647.

Mahenda, A. A., Wiradana, P. A., Kuncoroningratsusilo, R. J., Soeginato, A., Ansori, A. N. M., & Arindapradisty, N. (2021). Relationship of Water Quality with Phytoplankton Abundance in Kenjeran Coastal Waters, Surabaya, East Java, Indonesia. Poll Res, 40(2), 515-521.

Ng, K. L., & Obbard, J. P. (2006). Prevalence of Microplastics in Singapore’s Coastal Marine Environment. Marine Pollution Bulletin, 52(7), 761-767.

Odum, E. P. (1971). Fundamentals of Ecology. Philadelphia and London: WB Sounders Company.

Ponce-Palafox, J., Martinez-Palacios, C. A., & Ross, L. G. (1997). The Effects of Salinity and Temperature on The Growth and Survival Rates of Juvenile White Shrimp, Penaeus Vannamei, Boone, 1931. Aquaculture, 157(1-2), 107-115.

Prasetiyono, E., Nirmala, K., Supriyono, E., & Hastuti, Y. P. (2022). Analysis of Environmental Quality, Production Performance and Economic Feasibility of Anadara Granosa Cultivation in Sukal, Bangka Belitung Province. Aquaculture, Aquarium, Conservation & Legislation, 15(6), 2881-2891.

Saif, M. L. M., Tumin, A. B., Yusof, F., Rani, A., Apandi, A., & Jamari, Z. (2020). Blood Cockles Tegillarca Granosa Growth Performance. International Journal of Fisheries and Aquatic Studies, 8(5), 269-276.

Thompson, R. C., & Gall, S. C. (2012). Impacts of Marine Debris on Biodiversity. SCBD: Secretariat of the Convention on Biological Diversity.

Van Cauwenberghe, L., Vanreusel, A., Mees, J., & Janssen, C. R. (2013). Microplastic Pollution in Deep-Sea Sediments. Environmental Pollution, 182, 495-499.

Unduhan

Diterbitkan

30-06-2024

Terbitan

Bagian

Artikel